Belakangan ini kita sering mendengar digembar-gemborkannya teknologi wireless 4G. Banyak vendor dan operator yang berlomba-lomba untuk menghadirkan teknologi ini. Apabila kita ingin mengintip sedikit ke situs-situs berita teknologi, maka kita akan melihat bahwa terdapat banyak berita-berita yang mengindikasikan hadirnya 4G sebagai teknologi masa depan.
Sekarang, inilah yang ingin kita lihat: bagaimanakah sebaiknya XL sebagai salah satu pemain besar dalam industri pertelekomunikasian sebaiknya ,menghadirkan layanan 4G ini kepada para pelanggannya?
Definisi 4G
Sebelum lebih lanjut membahas mengenai bagaimana memberikan layanan 4G, ada satu pertanyaan yang harus dijawab: sebenarnya apa yang dimaksud dengan 4G?
4G merupakan generasi keempat dari sistem komunikasi seluler. Sebenarnya saat ini konsep dan definisi dari sistem yang disebut generasi keempat ini masih berkembang dan berubah-ubah. Namun, biasanya yang disebut sebagai 4G adalah sistem yang bisa memberikan kecepatan transfer data hingga 100 Mbps untuk seorang pelanggan secara wireless. Ini berarti memberikan layanan transfer data yang sangat cepat, lebih cepat daripada koneksi broadband rata-rata saat ini – secara wireless.
Ke depannya, ada dua macam teknologi yang menjadi poros dari perkembangan teknologi 4G, yaitu wimax dan LTE. Kedua teknologi ini diharapkan dapat menyediakan layanan akses data wireless dengan kecepatan tinggi bagi pelanggan.
Sejak dirintisnya kedua teknologi tersebut, sudah terjadi semacam ‘perang’ antara keduanya untuk dapat merebut tahta pemenang dalam perlombaan generasi keempat. Meskipun begitu, perkembangan saat ini menunjukkan adanya kecenderungan bagi LTE untuk muncul sebagai pemenang dalam lomba ini, dikarenakan sifat dasar LTE yang lebih cocok dengan jaringan GSM sebagai jaringan mobile yang dominan saat ini.
Resiko implementasi 4G
Terlepas dari teknologi yang digunakan, perlukah XL menyediakan layanan 4G untuk meningkatkan performa jaringannya demi para pelanggannya? Banyak pertimbangan yang harus dilihat apabila XL ingin menyediakan layanan baru yang memiliki dasar teknologi baru. Banyak faktor ketidakpastian yang harus dipertimbangkan menyangkut sebuah teknologi baru. Apakah akan ada pasar yang mengadopsi teknologi ini? Apakah teknologi ini sudah dapat digunakan secara luas? Apakah teknologi ini dapat digunakan untuk mendapatkan keuntungan tambahan? Apakah teknologi ini akan merusak value chain yang sudah ada?
Ada baiknya kita melihat kembali ke belakang sebelum melanjutkan analisa mengenai apakah teknologi 4G harus diadopsi di Indonesia atau tidak.
Kesalahan yang bias dijadikan acuan adalah dalam implementasi 3G. Penyedia layanan sebelumnya bersikap optimis akan pasar 3G yang dihadirkan sebagai sebuah bentuk komunikasi mobile broadband, setelah kesuksesan yang dialami oleh generasi pendahulunya yaitu 2G. Banyak investasi yang sudah ditanam dengan harapan 3G dapat memberikan banyak keuntungan. Namun, yang terjadi adalah 3G gagal untuk meraih target pasar yang sebelumnya telah ditetapkan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan pada 3G.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan kegagalan pada 3G adalah sebagai berikut: pertama, pada saat 3G diluncurkan tidak ada ponsel yang bisa menghadirkan layanan multimedia yang baik. Perangkat lunak yang ada pada ponsel tidak bisa menampilkan layanan internet sebaik apa yang bisa didapatkan oleh pelanggan apabila menggunakan komputer. Ini menjadi salah satu penyebab internet mobile tidak terlalu populer pada saat itu. Yang kedua, 3G hadir dengan janji akan adanya killer apps, aplikasi-aplikasi canggih yang menyediakan layanan-layanan menarik bagi pengguna internet mobile. Namun, pada kenyataannya, tidak ada aplikasi yang benar-benar bisa dikatakan tergolong sebagai killer apps pada saat 3G diluncurkan.
Dari sini bisa ditarik kesimpulan, bahwa faktor penyebab kegagalan generasi sebelumnya terletak kepada tidak adanya konten dan aplikasi yang cocok untuk penggunaan internet mobile. Apabila kita berangkat dari anggapan ini untuk melihat apakah 4G akan sukses ke depannya, kira-kira apakah 4G akan bernasib sama dengan 3G apabila diimplementasikan?
Tren internet mobile di Indonesia
Permasalahan apakah teknologi 4G akan berhasil di masa depan kembali kepada bagaimana masyarakat di Indonesia menggunakan internet secara mobile. Pada kenyataannya, saat ini penggunaan ponsel untuk layanan data semakin meningkat. Berdasarkan data yang didapatkan dari XL, penggunaan komunikasi data secara mobile sudah menjadi salah satu sumber revenue utama selain panggilan voice dan layanan SMS dengan persentase hingga 7%. Dari 32.6 juta pengguna layanan XL, sekitar 12.4 juta pelanggan sudah menggunakan layanan data berbasis GPRS.
Lantas apa yang mengakibatkan terjadinya peningkatan ini? Ini tidak terlepas dari adanya konten berbasis internet semacam situs jejaring sosial maupun layanan instant messaging.
Selama beberapa tahun terakhir ini, internet berkembang dalam kerangka yang oleh orang-orang disebut sebagai web 2.0. Sebuah paradigma di mana isi dari internet tidak diisi hanya oleh segelintir orang, melainkan di mana semua pengguna internet menjadi pengisi konten dari internet itu sendiri.
Bisa kita lihat, inilah yang sedang terjadi saat ini. Situs-situs di mana user bisa berkontribusi memberikan konten mereka sendiri untuk bisa dilihat oleh para pengguna internet bermunculan di mana-mana, seperti blog, youtube, dan beragam situs lainnya.
Selain itu, generasi muda saat ini lebih bersifat terbuka. Hal ini bisa dilihat dari maraknya pengguna jejaring sosial seperti facebook dan twitter yang aktif di Indonesia. Bahkan, saat ini untuk situs jejaring sosial twitter, Indonesia menempati peringkat pertama dalam hal jumlah pengguna. Sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial ini yang kemudian mengarahkan teknologi telekomunikasi internet menjadi sebuah teknologi yang berperan sebagai sarana penghubung dan penggerak antar manusia.
Faktor-faktor di atas menunjukkan bagaimana pasar internet mobile di Indonesia merupakan pasar yang sangat menjanjikan, dengan jumlah pengguna yang banyak dan aktif.
Konten yang membutuhkan kecepatan tinggi
Tidak hanya didorong oleh hadirnya situs-situs jejaring sosial maupun instant messaging, saat ini hadirnya konten-konten di internet yang membutuhkan koneksi data berkecepatan tinggi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi user untuk mengadopsi koneksi broadband.
Saat ini di internet kita sudah bisa melihat berbagai konten yang bisa dikatakan tergolong ‘berat’, dalam artian konten ini akan menelan bandwidth dalam jumlah besar.
Sebut saja salah satu di antaranya adalah layanan streaming video definisi tinggi. Layanan ini dapat menghadirkan video dengan kualitas gambar yang sangat jernih kepada seorang pelanggan melalui koneksi internet. Saat ini di negara lain layanan seperti ini sudah mulai umum digunakan, dan tidak menutup kemungkinan bahwa di Indonesia layanan seperti ini juga akan menjadi populer.
Selain itu, ada juga paradigma baru yang disebut sebagai cloud computing. Cloud computing merupakan sebuah sistem di mana aplikasi, data, dan resource lainnya yang dibutuhkan disimpan pada sebuah server yang digunakan oleh banyak user bersama-sama. Cloud computing merupakan salah satu konsep yang menarik, dikarenakan user dapat bergantung sepenuhnya kepada internet untuk memenuhi kebutuhannya dalam penggunaan media digital.
Dengan contoh di atas, semakin bisa dilihat bahwa untuk ke depannya penggunaan internet akan semakin merambah ke dalam kehidupan kita. Bahkan, pada bagian berikutnya akan dijelaskan bagaimana penggunaan internet dapat menjadi bagian dari hidup kita, lebih dari sekedar mengakses konten.
Pengalaman baru dari generasi keempat
Sekarang, apakah penggunaan generasi keempat hanya berarti akses internet yang lebih cepat lagi dari apa yang kita alami sekarang? Apabila kita mendengar akses internet wireless kecepatan tinggi, mungkin yang akan muncul pada pikiran pembaca adalah sebuah kondisi di mana kita mengakses situs-situs dan layanan internet dengan lebih cepat. Namun, sebenarnya pengalaman yang ditawarkan oleh teknologi ini tidak sebatas sampai di situ. Faktanya, pengalaman yang ditawarkan jauh lebih dari itu.
Sekarang, bayangkanlah sebuah kondisi di mana seluruh benda yang ada di sekitar kita terhubung ke internet. Mulai dari kondisi di mana kita bangun, fungsi-fungsi tubuh kita dimonitor oleh berbagai peralatan elektronik yang kemudian mengirimkan data kesehatan kita ke sebuah server. Dari data di server ini, sistem rumah yang mendeteksi bahwa kita sudah bangun langsung menyiapkan berbagai hal: air panas untuk mandi, panggangan roti untuk sarapan, dan memutar sistem audio rumah sesuai dengan selera kita agar kita memulai hari dengan menyenangkan.
Setelah itu, kita tidak lagi membaca koran secara cetak. Seluruh informasi dari seluruh dunia disajikan melalui internet langsung kepada kita. Kita kemudian menghubungi teman dan kerabat kita dengan menggunakan layanan video call definisi tinggi. Segala aktivitas hidup kita tersambung dengan jaringan internet yang berpusat kepada user, mempermudah berbagai macam kegiatan yang kita lakukan dalam satu hari. Ya, ini adalah contoh dari penggunaan teknologi 4G. Dampak dari teknologi ini tidak diakibatkan oleh teknologinya sendiri, melainkan bagaimana seorang user menggunakan teknologi ini.
Mungkin saat ini bagi sebagian besar dari kita, gambaran ini masih terlihat jauh dari kenyataan. Namun, faktanya berbagai macam perkembangan teknologi di bidang jaringan komputer, biomedika, dan bidang-bidang lainnya mengakibatkan gambaran ini tidak hanya merupakan mimpi belaka, melainkan sebuah gambaran yang akan menjadi kenyataan dalam beberapa tahun ke depan.
Implementasi dan Pasar di Indonesia
Setelah mempertimbangkan resiko dan peluang yang menyertai kemungkinan diimplementasikannya teknologi 4G di Indonesia, maka kita bisa menarik banyak hal yang perlu dilakukan apabila 4G akan diimplementasikan untuk pasar Indonesia.
Yang pertama adalah bahwa konten merupakan faktor penentu dalam keberhasilan sebuah teknologi telekomunikasi. Kegagalan 3G adalah karena tidak adanya aplikasi yang benar-benar memberikan nilai tambah apabila user ingin menggunakan 3G. Di sinilah bagaimana XL juga harus memberikan perhatian lebih pada pengembangan konten yang cocok dengan 4G untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal dari adanya 4G.
Yang kedua adalah teknologi yang digunakan. Selain bahwa XL bisa dipastikan akan menggunakan beberapa teknologi baru untuk menghadirkan layanan 4G, bagaimana user dapat mengakses layanan 4G juga harus diperhatikan. Sampai saat ini, ponsel-ponsel yang memiliki kapabilitas untuk mengakses layanan 4G masih tergolong sebagai ponsel high-end. Melihat daya beli masyarakat Indonesia saat ini, penetrasi pasar ponsel 4G akan rendah apabila 4G diimplementasikan dalam waktu dekat. Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi akses 4G akan menjadi lebih murah, dan diharapkan dapat lebih terjangkau oleh masyarakat luas.
Kesimpulannya adalah, bahwa teknologi 4G merupakan sebuah teknologi akses broadband kecepatan tinggi yang memungkinkan seorang user mengakses berbagai konten dengan kecepatan tinggi dan juga merasakan kehidupan di era digital secara menyeluruh. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan apabila teknologi ini akan diimplementasikan di Indonesia oleh XL. Faktor yang menjadikan pengimplementasian 4G menarik adalah jumlah pengguna internet mobile di Indonesia yang banyak dan aktif, namun faktor resiko yang harus dipertimbangkan antara lain adalah tidak adanya konten yang cukup menarik masyatakat untuk mengadopsi 4G. Di sinilah XL sebagai operator harus mengambil inisiatif dan menyiapkan berbagai layanan yang bisa memaksimalkan nilai yang diberikan 4G dalam beberapa tahun ke depan saat 4G akan mulai marak digunakan di Indonesia.
Sumber : http://aprabaswara.wordpress.com/2010/12/31/teknologi-4g/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar